Saturday, January 24, 2009

Sentuhan Jiwa : Akhirat Sebagai Matlamat

Sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa akhirat menjadi matlamat dan tujuannya, maka Allah menjadikan semua urusannya lancar, hatinya kaya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk. Dan, barangsiapa dunia menjadi tujuan dan tumpuannya, maka Allah mengacaukan semua urusannya, menjadikannya miskin dan dunia datang kepadanya sebatas yang ditakdirkan untuknya.” Ibnu Majah meriwayatkan dengan sanad shahih


Barangsiapa akhirat menjadi kesibukan utamanya dan obsesinya, maka setiap hari ia ingat perjalanan hidupnya kelak, apa pun yang ia lihat di dunia pasti ia hubungkan dengan akhirat, dan akhirat selalu ia sebut di setiap pembahasannya. Ia tidak bahagia kecuali karena akhirat, tidak sedih kecuali karena akhirat. Tidak ridha kecuali karena akhirat. Tidak marah kecuali krn akhirat. Tidak bergerak, kecuali karena akhirat. Dan tidak berusaha kecuali krn akhirat.

Siapa saja yang hidupnya seperti itu, ia diberi tiga kenikmatan oleh Allah Ta’ala. Nikmat yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki diantara hamba-hambaNya. Yaitu orang-orang yang menyiapkan jiwa mereka hanya untuk ALLAH Ta’ala dan tdk ada selain DIA yang masuk ke hati mereka, baik itu berhala-berhala dunia, atau perhiasan, atau pesonanya.

Nikmat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Seluruh urusan lancar.

Allah SWT memberinya ketenteraman dan kedamaian, mengumpulkan semua idenya, meminimalkan sifat lupanya, mengharmoniskan keluarganya, menambah jalinan kasih sayang antara dirinya dan pasangannya, merukunkan anak-anaknya, mendekatkan anak2 padanya, menyatukan sanak kerabat, menjauhkan konflik dari mereka, mengumpulkan hartanya, ia tidak pusing memikirkan bisnisnya yg tdk begitu baik, tidak bertindak spt orang bodoh, membuat hati manusia terarah padanya, siapapun mencintainya dan melancarkan urusan-urusan yang lain.

2. Kaya hati

Nikmat yang paling agung adalah kaya hati, sebab Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih, yg artinya; “ Kekayaan hakiki bukan berarti harta melimpah. Tapi, kekayaan ialah kekayaan hati” (HR. Muslim)

Imam Al Manawi berkata; maksudnya, kekayaan terpuji itu bukan banyak harta dan perabotan. Sebab banyak sekali orang dibuat kaya oleh Allah, namun kekayaannya yg banyak itu tidak bermanfaat baginya dan ia berambisi menambah kekayaannya, tanpa peduli dari mana sumbernya.

Ia seperti orang miskin, karena begitu kuat ambisinya. Orang ambisius itu miskin selama-lamanya. Tapi, kekayaan terpuji dan ideal menurut orang-orang sempurna adalah kekayaan hati.

Di riwayat lain disebutkan kekayaan jiwa. Maksudnya, org yang punya kekayaan jiwa merasa tidak membutuhkan jatah rizkinya, menerimanya dengan lapang dada, dan ridha dengannya, tanpa memburu dan memintanya dengan menekan.

Barangsiapa dijaga jiwanya dari kerakusan, maka jiwanya tentram, agung, mendapatkan kebersihan, kemuliaan, dan pujian. Itu semua jauh lebih banyak ketimbang kekayaan yang diterima orang yg miskin hati. Kekayaan membuat org yg miskin hati terpuruk dalam hal-hal hina dan perbuatan-perbuatan murahan, karena kecilnya obsesi yang ia miliki. Akibatnya, ia menjadi org kerdil di mata orang, hina di jiwa mereka, dan menjadi orang paling hina.

Jika seseorang punya harta yang berlimpah, namun ia tidak qana’ah (merasa cukup) dengan rizki yang diberikan Allah SWT kpdnya, maka ia hidup terengah-engah spt binatang buas dan menjadikan hartanya sbg tuhan baru. Sungguh, ia orang miskin sejati, krn org miskin ialah orang yg selalu tidak punya harta dan senantiasa merasa membutuhkannya.

Dikisahkan, seseorang berkata kepada orang zuhud, Ibrahim bin Adham, lalu berkata, “saya ingin anda menerima jubah ini dariku.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau Anda kaya, saya mau menerima hadiah ini. Jika anda miskin, saya tdk mau menerimanya.” Orang itu berkata,”saya org kaya.”

Ibrahim bin Adham berkata,”Anda punya jubah berapa?” Orang itu menjawab,”Dua ribu jubah.” Ibrahim bin Adham berkata,”Apakah Anda ingin punya empat ribu jubah?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibrahim bin Adham berkata,”Kalau begitu anda miskin (karena masih butuh jubah lebih banyak lagi). Saya tidak mau menerima hadiah jubah ini darimu.”

3. Dunia datang kepadanya

Saat ia lari dari dunia, justru dunia mengejarnya dalam keadaan tunduk. Spt yg dikatan Ibnu Al-jauzi,” Dunia itu bayangan. Jika engkau berpaling dari bayangan, maka bayangan itu membuntutimu. Jika engkau memburu bayangan, maka bayangan menghindar darimu. Orang zuhud tidak menoleh kepada bayangan dan malah diikuti bayangan. Sedang org ambisius (rakus) tidak melihat bayangan setiapkali ia menoleh kepadanya.”

Sedang orang yang dunia menjadi matlamat dan tumpuannya, ia hanya memikirkan dunia, bekerja karenanya, peduli kepadanya, tidak bahagia kecuali karenanya, tidak berteman dan memusuhi orang karenanya. Akibatnya, ia dihukum Allah dengan tiga hukuman;

1. Urusannya kacau

Allah SWT mengacaukan semua urusannya. Hatinya menjadi gundah tidak tenang, pikirannya kacau, jiwanya guncang dan kalut dalam hal yg sepele. Allah SWT mengacaukan hartanya, mengacaukan anak-anak dan pasangannya. Allah SWT membuat manusia antipati kepadanya. Tidak ada seorngpun yang mencintainya sebab Allah SWT menentukannya dibenci orang di bumi.

2. Selalu miskin

Hukuman ini membuatnya selalu tidak puas, padahal memiliki harta banyak. Ia senantiasa merasa miskin. Dan itu menjadikannya lari hingga terengah-engah di belakang harta.

3. Dunia lari darinya

Dunia selalu lari darinya. Ia memburu dunia tapi malah dijauhi dan ia berlari dibelakangnya, persis seperti orang yang mengira fatamorgana itu air. Ketika ia tiba di fatamorgana, ia tidak mendapatkan apa-apa.

Inilah yang membuat Utsman bin Affan Radhiyallahu 'anhu berkata, “Mencintai dunia itu kegelapan di hati, sedang mencintai kepada akhirat itu cahaya di hati.”

3 Golongan manusia, bukti cinta pada akhirat :

1. Orang yang lebih sibuk dengan akhirat daripada dunia.
Mereka mebuat hidupnya didominasi oleh akhirat. Dunia hanya diletakkan digenggaman tangannya bukan di hatinya. è kelompok orang yang sukses

2. Orang yang lebih sibuk dengan dunia daripada dengan akhirat
Mereka begitu cinta dunia hingga dunia menguasainya dan membuatnya lupa total kepada akhirat dan mereka juga tidak tahu bahwa dunia itu jembatan menuju akhirat. è kelompok orang yang celaka

3. Orang yang sibuk dengan keduanya sekaligus.
Mereka tidak ingin masuk pada kelompok pertama atau kedua, namun ingin mendapatkan sebagian karakteristik kelompok pertama dan sebagian kelompok kedua.

bersambung.....

Monday, January 19, 2009

Tasbih & Istighfar Bila Dikurniakan Kemenangan

Salam Islah,


Debaran menantikan keputusan pilihanraya kecil Kuala Terengganu akhirnya berakhir jua dengan kemenangan kepada PAS. Pimpinan dan petugas PAS masing-masing menarik nafas lega bersama kalimah syukur dan tahmid kepada Allah SWT yang telah mengurniakan kemenangan kepada pejuang agamanya.


Firman Allah SWT :


“Dan tidaklah kemenangan itu melainkan dari sisi Allah yang Maha Perkasa lagi Bijaksana” surah Ali ‘Imran : 126


Kemenangan Pas menunjukkan bahawa rakyat semakin serius menolak UMNO dan BN yang sudah sangat tidak relevan lagi untuk memimpin Malaysia. Rakyat dapat melihat dengan mata hati mereka bahawa keruntuhan negara dan kemusnahan masa depan mereka adalah berpunca daripada UMNO dan BN yang sangat tidak beramanah dan korup. UMNO sudah hilang arah tujuan dalam memimpin negara. Orang buta tidak boleh memimpin orang celik mencari arah jalan yang betul. Walau mungkin mereka (si buta) menghafal jalan yang akan dilalui namun mereka tidak akan setepat orang yang celik. UMNO buta kebenaran sehingga cahaya Al Quran pun tak dapat menolongnya. Inilah akibat menolak Al Quran dan panduan Islam yang syumul di dalam perjuangan UMNO.


Kemenangan juga bererti bertambahlah tanggungjawab dan semakin berat amanah yang dipikul dan tergalas di bahu. Seronok dan gembira dengan kemenangan adalah lumrah dan fitrah kita sebagai manusia. Allah SWT memerintahkan kita supaya meraikan kemenangan dengan bertasbih kepada Allah SWT dan memohon keampunan dari Allah SWT. Mengucap tasbih ketika meraikan kemenangan adalah kerana kemenangan itu dari Allah dan memohon keampunan ketika dikurniakan kemenangan adalah kerana kemenangan adalah amanah dan tanggungjawab, melalaikannya adalah dosa dan kesalahan besar di sisi Allah SWT. Moga Allah SWT memberikan kekuatan dan pertolongan kepada kita.


Betapa besarnya harapan umat dan rakyat kepada PAS. Mereka meletakkan harapan ini kepada sebuah jamaah Islam yang teguh dengan dasar Islamnya. Mereka yakin dengan Islam yang menjadi acuan perjuangan PAS. Mereka percaya dengan amanah dan jujurnya kepimpinan PAS. Oleh itu, setiap agenda peribadi dalam perjuangan suci ini mesti dijauhkan dan ditolak sepenuhnya. Berjuang untuk jamaah dan umat adalah tuntutan terbesar perjuangan ini. Kewujudan agenda peribadi hanya akan merosakkan dan membinasakan.


Ingat , Allah sedang memerhatikan kita dan rakyat sedang menilai kemampuan kita.



Monday, January 12, 2009

Diana Danielle Danny Beeson vs Ahmad Hafizal Ahmad Fauzi

Kes 1

Ahmad Hafizal Ahmad Fauzi dari Kampung Titi Serong, Jalan Kuala Perlis, merupakan pemuda pertama yang didapati bersalah kerana gagal menghadiri PLKN, pada 11 May 2005. Beliau didakwa dengan sengaja mengingkari notis bertarikh 9 Julai 2004 yang memintanya melaporkan diri di Kem Dusun Resort, Kuala Nerang, Kedah.

Ahmad Hafizal Ahmad Fauzi yang merupakan seorang daripada empat beradik kepada seorang ibu tunggal, telah berhenti persekolahan selepas tamat pelajaran tingkatan dua SMK Syed Alwi di Kayang. Ahmad Hafizal Ahmad Fauzi yang bekerja mengambil upah membuat bendang secara harian untuk menanggung ibu dan dua adiknya, memilih untuk menjalani hukuman penjara. Abangnya pula (21 tahun) dilaporkan berada di Melaka bagi mencari pekerjaan, dan dua orang adiknya berusia 16 dan 15 tahun. Ahmad Hafizal Ahmad Fauzi dilaporkan oleh akhbar The Star sebagai meminjam RM7 daripada ibunya untuk menghadiri kesnya di mahkamah.

Majistret Wan Norzanuar Wan Ahmad menjatuhkan hukuman penjara 14 hari atau RM600 ke atas Ahmad Harizal selepas dia gagal membayar denda berjumlah RM600. Ahmad Harizal yang kesempitan wang telah memilih untuk hukuman penjara 14 hari.

Kes 2

Pelakon Diana Danielle Danny Beeson (gambar), 17, tidak akan mendaftar menyertai Program Latihan Khidmat Negara (PLKN) hari ini.

Pelakon berkenaan membuat rayuan supaya diberi kelonggaran untuk menangguhkan penyertaannya dalam program itu yang sepatutnya bermula hari ini selama tiga bulan.

Penangguhan itu dibuat kononnya kerana Diana terikat dengan kontrak penggambaran sebuah filem berjudul Kecoh Betul. Menurut pengarah filem itu, Baldev Singh, syarikat produksi White Merpati Entertainment yang menerbitkan filem berkenaan telah berurusan dengan Jabatan Latihan Khidmat Negara (JLKN) dalam mendapatkan kelonggaran bagi pihak Diana.

Permohonan itu dibuat minggu lepas setelah Diana terikat dengan perjanjian penggambaran filem arahannya dari 22 Disember sehingga 22 Januari depan.

Alasan penangguhan Diana itu tiada langsung dalam peraturan PLKN.

* Saya pindahkan dari blog Ustaz Suhaimi Saad - jazakallah.

Sedutan Ucapan al Imam ar Rabbani ash Shahid Sheikh Ahmad Ismail Yaasin

Tidakkah kalian lihat wahai bangsa Arab, sudah sampai ke tahap mana keadaan ini ? Sesungguhnya aku, seorang tua yang lemah , tidak mampu memegang pena dan menyandang senjata dengan tanganku yang sudah mati(lumpuh) . Aku bukan seorang penceramah yang lantang yang mampu menggegarkan semua tempat dengan suaraku yang perlahan ini.

Aku tidak mampu utk kemana2 tempat untuk memenuhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan kerusi rodaku. Aku yang sudah beruban putih dan berada di penghujung usia. Aku yang diserang pelbagai penyakit dan ditimpa bermacam2 penderitaan.

Adakah segala macam penyakit dan kecacatan yang tertimpa ke atasku turut menimpa bangsa Arab hingga menjadikan mereka begitu lemah. Adakah kalian semua begitu wahai Arab, kalian diam membisu dan lemah, ataukah kalian telah mati binasa.

Adakah hati kalian tidak bergelora melihat kekejaman yang berlaku terhadap kami sehingga tiada satu kaum pun bangkit menyatakan kemarahan kerana Allah. Tiada satu kaum pun yang bangkit menentang musuh2 Allah yang telah mengistiharkan perang antarabangsa ke atas kami dan menukarkan kami daripada golongan mulia yang di aniaya dan dizalimi kepada pembunuh dan penjenayah serta pengganas ?

Tidak malukah umat ini terhadap dirinya yang dihina sedangkan padanya ada kemuliaan. Tidak malukah negara2 umat ini membiarkan penjenayah Zionis dan sekutu antarabangsanya tanpa memandang kami dengan pandangan yang mampu mengesat air mata kami dan meringankan beban kami.

Adakah pertubuhan2 umat ini, pasukan tenteranya, parti2nya, badan2nya dan tokoh2nya tidak mahu marah kerana Allah dengan kemarahan sebenarnya lalu mereka keluar beramai2 sambil melaungkan ?Ya Allah, perkuatkan saudara2 kami yang sedang dipatah2kan, kasihanilah saudara2 kami yang lemah ditindas dan bantulah hamba2Mu yang beriman?

Adakah kalian tidak memiliki kekuatan berdoa utk kami ? Seketika nanti kalian akan mendengar mengenai peperangan besar ke atas kami dah ketika itu kami akan terus berdiri dengan tertulis di dahi kami bahawa kami akan mati berdiri dan berdepan dengan musuh, bukan mati membelakang (melarikan diri) dan akan mati bersama2 kami, anak2 kami, wanita2, orang tua dan pemuda2.

Kami jadikan di kalangan mereka sebagai kayu bakaran buat umat yang diam dalam kebodohan ! Janganlah kalian menanti hingga kami menyerah atau mengangkat bendera putih kerana kami telah belajar bahawa kami tetap akan mati walaupun kami menyerah. Biarkan kami mati dalam kemuliaan sebagai muhahid.

Jika kalian mahu, marilah bersama2 kami sedaya mungkin. Tugas membela kami terpikul dibahu kalian. Kalian juga sepatutnya menyaksikan kematian kami dan menghulurkan simpati. Sesungguhnya Allah akan menghukun sesiapa sahaja yang lalai daripada menunaikan kewajipan yang diamanahkan.

Dan kami berharap kepada kalian supaya jangan menjadi musuh yang menambah penderitaan kami. Demi Allah, jangan menjadi musuh kepada kami wahai pemimpin2 umat ini, wahai bangsa umat ini.

Ya Allah, kami mengadu kepadaMu?(3x) .. lemahnya kami dan kurangnya helah kami. Demikianlah kami di hadapan manusia. Engkaulah Tuhan kepada orang2 yang lemah. Dan engkaulah Tuhan kami. Kepada siapa engkau tinggalkan kami. Adakah kepada orang yang jauh yang akan menyerbu kami. Atau kepada musuh yang berkuasa ke atas kami ?

Ya Allah, kami mengadu kepadaMu darah2 yang tertumpah, maruah yang ternoda, kehormatan yang diperkosa, kanak2 yang diyatimkan, wanita2 yang dijandakan, ibu2 yang kehilangan anak, rumah2 yang diruntuhkan, tanam-tanaman yang dirosakkan.

Ya Allah, kami mengadu kepadaMu berseleraknya kesatuan (umat) kami, berpecahnya perpaduan kami, berbagai2nya jalan kami, terkebelakangnya kami. Kami mengadu kepadaMu betapa lemahnya kaum kami, betapa tidak bermay
anya umat di sekeliling kami dan betapa berjayanya musuh2 kami.

Ucapan asy Syahid Abd Aziz Rantisi sejurus mengambil alih kepimpinan HAMAS dari Asy Syahid Syeikh Ahmad Yassin pula :

Buat apa kita takutkan kematian, semua manusia akan mati, samada kerana dibunuh ataupun kerana sakit. Jika saya diberikan peluang untuk memilih samada ingin mati kerana sakit jantung ataupun kerana (ditembak oleh) Helikopter Apatchie, saya memilih helikopter Apatchie!”.


Yahudi Hanya Mengerti Bahasa Jihad


Salam Islah,

Boleh dikatakan kebanyakkan masjid dan surau seluruh Malaysia mengadakan solat hajat dan qunut nazilah mendoakan pertolongan Allah, keamanan dan kesejahteraan saudara seaqidah di Palestine dan kehancuran rejim zalim Yahudi Israel laknatullah. Kesedaran untuk bersama Palestine dalam membela darah dan kedaulatan mereka nampaknya segar dan menyeluruh. Demonstrasi dilakukan di mana-mana di seluruh negara dari pelbagai latar belakang. Pihak yang tidak bersetuju dengan tunjuk perasaan, demonstrasi dan berarak di jalan-jalan satu ketika dahulu nampaknya kini mereka telah mendahului PAS turun ke jalan-jalan. Semoga sikap seperti ini akan mewarnai masyarakat dan negara kita. Kita mesti bersatu hati dalam isu bersama, terutamanya isu aqidah dan agama.

Dalam masa yang sama, ada juga pihak yang langsung tak ambil peduli isu Palestine. Tidak kurang juga yang menyalahkan HAMAS kerana merekalah kononnya punca dan sebab kepada serangan Israel. Inilah cakap-cakap orang yang tidak mengetahui isu sebenar dan dalam masa yang sama tidak jelas terhadap kedudukan jihad dan perjuangan umat Palestine sekian lama. Palestine telah DIRAMPAS da i tangan umat Islam dengan jalan penuh penipuan, pengkhianatan dan didalangi kuffar seleuruh dunia. Umatnya dijajah dan dihalau dari tanah air mereka dengan jalan tidak sah, jijik dan kotor sekali. Apa yang berlaku di Gaza saat ini hanyalah antara siri-siri pembunuhan dan penghapusan yang dirancang Yahudi laknatullah dan ia pasti berterusan.

Bumi Palestine adalah bumi anbiya' dan mursalin. Ia adalah bumi Isra' dan Mi'raj Rasul SAW. Ia juga adalah bumi yang ke 3 termulia selepas Makkah dan Madinah. Bermusafir kepadanya tidak ada kerugian sama sekali kata Rasulullah SAW. Bumi itu adalah milik agama Tauhid sepanjang zaman. Bangsa pengkhianat dan penipu seperti Yahudi tidak layak menguasainya. Janji Allah, bumi itu pasti akan kembali ke tangan Muslimin walau sekadar sekali memerah susu unta lamanya.

Sesungguhnya Yahudi tidak akan mengerti apatah lagi memahami bahasa desakan, kecaman dan apa sahaja yang kita anggap sesuai untuk ditujukan kepada mereka. Mereka (Yahudi laknatullah) hanya akan memahami bahasa 'perang' dan 'jihad'. Inilah yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW di dalam peperangan Khaibar dan Baginda telah mengusir semua Yahudi yang memusuhi dan mengkhianati Islam dari bumi Madinah melainkan sedikit sahaja.

Kebangkitan umat harus digerakkan semula dan sebaik-baiknya ia harus bermula segera. Jika kita mampu memiliki persenjataan yang canggih maka kita wajib pula menyediakan 'mukmin' yang mempunyai kesanggupan untuk menggalas dan memikul senjata tersebut seraya menghalakannya kepada Yahudi laknatullah.

Kekuatan pertama dan utama yang wajib diperkukuhkan adalah kekuatan aqidah dan keimanan agar manhaj Rasul menjadi ikutan dan tauladan. Keyakinan kepada pertolongan Allah harus menjadi pemangkin kekuatan kita. Ibadah adalah asas untuk bertaqarrub ( mendekatkan diri) kepada Allah. Solat jamaah mesti tidak boleh diabaikan sama sekali kerana dengannyalah para sahabah mendapat kekuatan dan dikurniakan kemenangan.

Ayuh kita bangun dan berdiri tegak membina keyakinan dan keimanan. Perteguhkan keyakinan kita kepada Allah. Yakinilah bahawa syurga adalah mahar setiap pengorbanan yang kita lakukan demi membebaskan Al Aqsa dan Al Quds dari tangah Yahudi laknatullah. Berdoa dan bermunajatlah. Boikot, bina kefahaman dan kesedaran dan bersatulah tanpa mengira fahaman dan latar belakang. Ayuh kita bekerja kerana Allah sedang memerhatikan kita.


Wednesday, January 7, 2009

Isu tadika KEMAS di Perak: Kenyataan Pengerusi BBC

Oleh : YB.Drs. Khalil Idham Lim

Kira-kira 13,000 murid tadika di negeri ini mungkin terjejas pembelajaran mereka ekoran tindakan kerajaan negeri Perak mengarahkan Jabatan Kemajuan Masyarakat (Kemas) mengosongkan 700 premis tadika milik agensi itu dakwa Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Datuk Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi.

Menurutnya beberapa pegawai Kemas mendakwa mereka telah diarahkan oleh Pejabat Daerah supaya menyerahkan kunci dewan orang ramai dan pejabat Kemas kepada kerajaan negeri sejak beberapa bulan lalu.

Kenyataannya dalam Utusan Malaysia juga menyatakan sesetengah Pengerusi Jawatankuasa Keselamatan dan Kemajuan Persekutuan (JKKP) telah menyerahkan kunci premis berkenaan kepada Pengerusi Jawatankuasa Keselamatan dan Kemajuan Kampung Negeri (JKKKN) kerana tidak mahu bertengkar dengan mereka.

Saya menafikan tohmahan yang tidak berasas yang dikeluarkan oleh Zahid Hamidi. Sesungguhnya apa yang didakwa oleh beliau saya anggap dakwaan yang tidak berasas dan kerana takut kan kepada "bayang-bayang" sendiri.

Janganlah membuat sesuatu kenyataan dan tohmahan yang standardnya sama dengan mentaliti pelajar KEMAS, atau sama mentaliti dengan pengerusi JKKP yang ada otak tapi tidak ada akal ?

Kenyataannya yang merujuk kepada "beberapa pegawai kemas", Pejabat Daerah dan Pengerusi JKKP adalah terlalu umum dan merupakan kenyataan yang tidak boleh diterima samasekali dan suautu fitnah yang tidak berasas. Apa lagi Sekira tuduhan itu dilemparkan kepada Pegawai Daerah tidakkah Zahid Hamidi sedar pegawai itu adalah Pegawai Tadbir Diplomatik yang ada kaitan langsung dengan Kerajaan Pusat.

Sekiranya beliau bertanggung jawab saya mencabar beliau mendedahkan secara specifik siapakah, dan dimana kejadian yang didakwa itu berlaku. Tunjukkan sifat haji mabrur yang diperolihi semasa Datuk Seri mengerjakan haji baru-baru ini.

Malah saya bersetuju dengan kenyataannya yang dipetik berkata "Kerajaan Perak tidak berhak mengguna dan mengendalikan program dalam bangunan yang dibina sendiri oleh Kerajaan Pusat," dan kerana itulah kami tidak melakukan apa-apa arahan dan tindakan apa lagi menganggu pentadbiran Tadika KEMAS.

Adakah setelah menunggu selama 9 bulan supaya Kerajaan Negeri Perak melakukan sesuatu tindakan balas dendam dan menganggu KEMAS tetapi ternyata tidak kami lakukan, dengan itu mereka cipta cerita mengatakan kami menganggu Tadika KEMAS.

Sebetulnya kami tidak ada masa untuk menganggu Tadika KEMAS, Nasihat saya teruskan kerja lama anda walaupun nampak sangat double standard.

Contohnya tanyalah di Parit Buntar berapa Tadika Kemas yang kami ganggu khususnya dalam DUN Titi Serong. Apa yang saya sedang rancang kan ialah akan pergi melawat semua tadika tersebut kalau mampu di awal persekolahan ini, sekadar bertanya khabar kepada guru dan ibubapa dan anak-anak yang bersekolah di situ.

YB.Drs. Khalil Idham Lim
Timbalan Exco Agama/Pengerusi BBC
Kerajaan Negeri Perak

Mencari Semangat Yang Hilang Dalam Dakwah

Salam Dakwah & Islah buat sekalian pencinta ISLAM,

Jiwa manusia tak jauh bezanya dengan anggota tubuh yang lain. Tangan akan lelah jika terus mengangkat. Kaki akan lenguh jika terus berlari. Mata akan berair jika tak henti menatap. Dan, lelahnya jiwa ketika semangat kian surut.

Ada sesuatu yang aneh dirasakan Ka’ab bin Malik. Entah kenapa, sahabat yang begitu dekat dengan Rasul ini merasa enggan untuk segera berangkat bersama yang lain menuju Tabuk. Padahal, hampir tak seorang pun yang luput dari perang besar ini. Semuanya siap ikut. Paling tidak, memberikan sumbangan yang mereka ada. Ada apa dengan Ka’ab?

Selama ini, hampir tak satu pun peluang jihad disia-siakan Ka’ab. Tapi di Tabuk ini, ia merasa kalau ladang gandumnya yang sedikit lagi panen benar-benar menyibukkannya. Ah, nanti saja. Nanti saja, akan saya kejar rombongan Rasul itu. Nanti, dan nanti. Akhirnya, Ka’ab benar-benar tertinggal hingga peperangan yang memakan waktu sekitar satu setengah bulan itu berakhir.

Mungkin, bukan cuma Ka’ab yang sempat merasakan keanehan itu. Kita pun secara sedar atau tidak, pernah merasa ada sesuatu yang mengganjal. Semangat untuk aktif tiba-tiba mengendur. Dan keasyikan pun muncul saat diri cuma sebagai penonton.

Beberapa ulama dakwah menyebut gejala ini sebagai penyakit futur. Sayid Muhammad Nuh misalnya, menyebut lemahnya semangat dakwah yang sebelumnya berkobar-kobar sebagai futur.

Dari segi bahasa, futur bererti berhenti setelah sebelumnya bergerak. Allah swt. berfirman dalam surah Al-Anbiya ayat 19 dan 20 yang di antaranya menyatakan kalau malaikat tidak pernah futur. “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada (futur) henti-hentinya.”

Manusia memang bukan malaikat. Al-Insan atau manusia berasal dari kata nasiya yang berarti lupa. Kadar keimanan manusia pun boleh naik turun. Itulah di antara kelemahan manusia. Dan saling memberi nasihat adalah obat agar lupa tidak berakibat fatal.

Masalahnya, tidak semua yang sedang bermasalah boleh lapang dada menerima nasihat. Bahkan boleh jadi, mereka tidak sadar kalau dirinya sedang masalah. Setidaknya ada tiga keadaan yang menunjukkan kalau seseorang itu memang positif futur.

Pertama, ada kemalasan dalam menunaikan ibadah. Apa saja. Boleh salat, tilawah, zikir, apalagi infak. Kalaupun tertunaikan cuma sekadar menggugurkan kewajiban. Tidak ada semangat berlomba dalam kebaikan.

Kedua, ada keinginan untuk selalu menyendiri. Selalu muncul seribu satu alasan agar diri boleh selalu sendiri. Alasannya boleh macam-macam. Mulai kesibukan ekonomi, urusan keluarga, sibuk menghadapi ujian sekolah, dan sebagainya. Pokoknya, selalu ada halangan dalam berbagi dengan yang lain.

Ketiga, munculnya kepekaan emosi yang berlebihan. Orang jadi mudah tersinggung. Jangankan ditegur, dipuji pun boleh memunculkan kesalahpahaman. Yang ada di benaknya cuma ada pola berpikir negatif. Semua orang selalu salah, kecuali yang benar-benar cocok dengan dirinya. Dari situ pula, muncul ukuran siapa yang bicara, bukan apa yang dibicarakan.

Bayangkan jika sebuah amanah dipegang oleh mereka yang punya keadaan seperti di atas. Akan terjadi beberapa kemungkinan. Boleh jadi, amanah akan terbengkalai kerana ditinggalkan dengan tanpa beban. Kemungkinan berikutnya, terjadi konflik dalam pos yang diamanahkan. Kerana orang yang punya kecenderungan bekerja sendiri sulit boleh menyatu dalam kerja tim.

Betapa sukarnya jika futur menghinggapi diri. Kerana itu, perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam futur. Ada beberapa sebab sehingga seorang mukmin boleh futur. Pertama, berlebihan dalam memahami dan menerapkan ajaran agama.

Sebab ini muncul kerana kurangnya pemahaman bahwa Islam sangat sejalan dengan fitrah manusia. Tidak ada yang sulit dalam Islam. Pengamalan Islam akan menjadi berat jika diberat-beratkan. Bahkan, dalam jihad pun. “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan…” (QS. 22: 78)

Rasulullah saw. pernah memberi nasihat, “Sesungguhnya agama Islam itu mudah dan tidaklah orang yang berlebihan dalam beragama melainkan ia akan dikalahkan olehnya.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain, Rasulullah saw. bersabda, “Berbuatlah sesuai dengan kemampuanmu, sesungguhnya Allah tidak akan merasa bosan sampai kamu sendiri yang merasa bosan. Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang terus-menerus sekali pun sedikit.” (Mutafaq ‘alaih)

Sebab kedua, berlebihan dalam hal yang dibolehkan, mubah. Seorang mukmin menempatkan sarana hidup sebagai kendaraan buat kebahagiaan akhirat. Bukan buat pelampiasan.

Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Siapa yang kekenyangan maka akan mendapat enam bahaya: kehilangan manisnya bermunajat kepada Allah, susah menghafal ilmu, kurang peduli terhadap sesama (kerana mengira semua orang kenyang seperti dirinya), merasa berat beribadah, dan bergejolak syahwatnya. Kerana, seorang mukmin akan menyibukkan diri berada di lingkungan masjid sementara orang yang perutnya kenyang akan sibuk di sekitar tempat pembuangan sampah.” (Riwayat Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumidin)

Ka’ab bin Malik memang pernah mengalami surut semangat dalam dakwah dan jihad. Tapi, sahabat yang banyak meriwayatkan hadits ini memohon ampun pada Allah kerana kekhilafannya. Walaupun ampunan itu mesti ia tebus dengan dipulaukan oleh kaum muslimin selama empat puluh hari.

Thursday, January 1, 2009

Sirah : Bekerja...

Semasa Nabi Muhammad SAW berumur enam tahun, ibunya Aminah meninggal dunia. Oleh itu, baginda kemudian dipelihara oleh datuknya Abdul Muttalib, ketua Mekah. Walaupun Abdul Muttalib ketua Mekah tetapi hidupnya miskin kerana hartanya dihabiskan untuk memberi khidmat dan melayan tetamu-tetamu Kaabah.

Sejak daripada itu, boleh dikatakan sejak kecil Nabi Muhammad belajar kehidupan sebagai seorang fakir miskin dan menjadi anak muda yang tahan lasak. Nabi juga menjadi orang yang benar-benar tahu bagaimana kehidupan fakir miskin. Nabi sentiasa menemani datuknya Abdul Muttalib dalam majlis-majlisnya. Selama dua tahun baginda menghadiri semua majlis-majlis Abdul Muttalib yang sentiasa menerima kunjungan dariapada pembesar-pembesar Arab.

Apabila Nabi Muhammad berusia lapan tahun, Abdul Muttalib pula meninggal dunia. Muhammad kemudian dibela pula oleh bapa saudaranya Abu Talib yang juga ketua Mekah, menggantikan ayahnya Abdul Muttalib. Abu Talib lebih miskin daripada Abdul Muttalib. Anak-anaknya semua bekerja membantu kerja-kerja Abu Talib. Dengan bebanan yang terpaksa ditanggung oleh Abu Talib, maka Nabi Muhammad turut mula bekerja dengan sepupunya membantu meringankan tanggungan Abu Talib. Muhammad bekerja sebagai penggembala kambing bagi ahli keluarga dan penduduk Mekah. Oleh yang demikian, Nabi Muhammad selalu berada di padang pasir, di luar daripada kesibukan kota Mekah. Kadang-kadang berhari-hari dan bermalam-malam Nabi tidak balik ke Mekah.

Tempoh Nabi Muhammad bekerja sebagai gembala kambing agak lama iaitu daripada usia lapan tahun hingga baginda berusia dua puluh satu tahun. Rasulullah SAW pernah menyebut tentang dirinya, “Aku dahulu menggembala kambing penduduk Mekah dengan upah beberapa qirath. Dalam hadis lain ada menyebut, “Tidak ada nabi, melainkan semuanya pernah menggembala kambing”.

Kita melihat bahawa Rasulullah sudah mula bekerja sedari usianya masih muda iaitu ketika di alam remaja lagi. Terdapat beberapa pelajaran bagi kita tentang usaha Rasulullah SAW ini yang boleh dijadikan sautu motivasi bermakna bagi diri kita.

Pertama, selera tinggi dan perasaan halus yang dengan kedua-duanya ini Allah “memperindah” keperibadian Nabi-Nya, Muhammad SAW. Bapa saudaranya Abu Talib mengasuh dengan penuh kasih sayang sebagai seorang bapa. Namun begitu, dengan sifat Rasulullah dan merasakan kemampuan untuk bekerja, baginda segera melakukannya dan berusaha sekuat tenaga untuk meringankan sebahagian beban nafkah bapa saudaranya. Walaupun hasil yang diperolehi daripada hasil pekerjaan yang dipilih Allah tersebut tidak begitu banyak dan penting bagi Abu Talib, namun ia merupakan akhlak yang mengungkapkan rasa syukur, kecerdasan watak dan kebaikan perilaku.

Kedua, berkaitan dengan penjelasan tentang bentuk kehidupan yang diredhai Allah untuk para hamba-Nya yang soleh di dunia ini. Sangatlah mudah bagi Allah mempersiapkan Nabi SAW sejak awal kehidupannya dengan segala sarana kehidupan dan kemewahan yang dapat mencukupi, sehingga tidak perlu lagi memeras keringat menggembala kambing.

Tetapi, hikmah Ilahi menghendaki agar kita mengetahui bahawa harta manusia yang terbaik adalah harta yang diperoleh daripada usaha sendiri, dan memberi manfaat kepada masyarakat dan saudaranya. Sebaliknya harta yang terburuk ialah harta yang diperolehi seseorang tanpa bersusah payah atau tanpa memberi kemanfaatan kepada masyarakat.

Ketiga, hidup di padang pasir jauh daripada kesibukan orang ramai. Ia juga adalah satu proses pendidikan. Dengan itu baginda Nabi SAW belajar mengasihi binatang-binatang ternakan.

Keempat, merujuk kepada hadis “Tidak ada nabi, melainkan semuanya pernah menggembala kambing”, para ulama mencungkil kelebihan-kelebihannya. Mereka berkata, “Orang yang menggembala kambing selalu berada di padang pasir. Ini menyebabkan dia selalu bersendirian. Orang yang selalu bersendirian mempunyai banyak masa berfikir, meneliti dan melihat kebesaran Tuhan pada langit, matahari, bulan, bintang, awan dan alam sekelilingnya. Mereka juga akan dapat menilai diri atau muhasabah dirinya. Keadaan ini menjadikan jiwanya bersih dan jernih. Tetapi bagi orang yang hidup di bandar yang sibuk, kehidupan yang begitu sibuk itu tidak memberi ruang kepadanya berfikir, meneliti dan mengkaji apa lagi untuk selalu memuhasabah diri”.

Kelima, para aktivis dakwah (dakwah apa saja), dakwahnya tidak akan dihargai orang bila mana mereka menjadikan dakwah sebagai sumber rezekinya, atau hidup daripada mengharapkan pemberian dan sedekah orang.

Oleh itu, para aktivis dakwah Islam merupakan orang yang paling patut untuk mencari ma’isyah (nafkah)-nya melalui usaha sendiri atau sumber yang mulia yang tidak mengandungi unsur meminta-minta, agar mereka tidak “berhutang budi” kepada seorang pun yang menghalanginya daripada menyatakan kebenaran di hadapan “investor budi”.

Hakikat ini, kendatipun belum terlintas dalam fikiran Rasulullah SAW pada masa itu kerana baginda belum mengetahui bahawa dirinya akan memikul urusan dakwah dan risalah ilahi, tetapi manhaj yang ditetapkan Allah untuk itu telah mengandung tujuan ini. Ini juga menjelaskan bahawa Allah menghendaki agar tidak ada sesuatu pun daripada kehidupan Rasulullah SAW sebelum bi’tsah yang menghalangi jalan dakwahnya, atau menimbulkan pengaruh negatif terhadap dakwahnya seseudah bi’tsah.

Daripada sirah yang tersebut ini jelas kepada kita bahawa Rasulullah SAW sendiri sejak dari usia yang masih muda telah berusaha sendiri untuk menampung kehidupan. Apa yang pasti manusia dijadikan untuk beribadah kepada Tuhannya, Allah. Konteks beribadah bukan sekadar perintah-perintah wajib Allah sahaja dalam beramal ibadah tetapi ia juga melibatkan bagaimana manusia mengurus kehidupan itu sendiri. Di dalam Al-Quran Allah berfirman bahawa bekerja adalah aktiviti yang mulia dan sangat penting bagi kehidupan manusia.

“Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” ( Q. An-Naba’ (78):11) Dalam firman Allah yang lain, “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari kurnia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”. (Q. Al-Baqarah (2):198)

Dalam kitab Minhaj Al-Qashidin disebutkan, “Ketahuilah, Allah SWT dengan kelembutan dan kebijakan-Nya telah menjadikan dunia ini sebagai tempat kehidupan dan kematian. Manusia sebagai pelakunya dituntut untuk mengharungi dengan penuh aktif dan penuh berhati-hati. Ini kerana esensi kehidupan ini adalah sebuah ujian untuk menentukan yang terbaik di antara mereka dalam bekerja, beramal, dan berinteraksi dengan sesamanya dan Tuhannya.
Oleh itu Islam mendorong manusia untuk bekerja dengan sebaik-baiknya”.

Bekerja dengan sebaik-baiknya boleh diertikan sebagai bekerja dengan penuh ketekunan, dengan titik peluh sendiri dan mencari rezeki yang halal. Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Abu Nu’aim menyebut “mencari rezeki yang halal adalah jihad” dan sabda Rasulullah SAW diriwayatkan oleh Thabrani “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bekerja”. Sabda Rasulullah lagi dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari,

“Tiada makanan paling baik yang dimakan oleh seseorang melebihi hasil kerja tangannya sendiri, dan sesungguhnya Nabi SAW Daud telah makan dari hasil usaha tangannya”.

Ibnu Abbas RA berkata, “Nabi Adam AS adalah pembajak tanah, Nabi Nuh AS adalah tukang kayu, Nabi Idris adalah tukang jahit, Nabi Ibrahim dan Nabi Luth AS adalah petani, Nabi Soleh AS adalah pedagang, Nabi Daud AS adalah tukang besi, manakala Nabi Musa AS, Nabi Syu’aib dan Nabi Muhammad SAW adalah penggembala kambing”.

Imam Ahmad bin Hanbal pernah ditanya, “Apa pendapat anda tentang orang yangs selalu duduk-duduk di rumah atau di masjid, lalu berkata, “Aku tidak mahu bekerja hingga rezekiku datang sendiri?” Imam Ahmad menjawab, “Mereka adalah orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan. Apakah mereka tidak pernah mendengar sabda Rasulullah SAW “Sesungguhnya Allah telah menjadikan rezekiku di bawah bayang-bayang tombakku?”

Beberapa saat kemudian baginda berkata, “Burung terbang pada pagi hari dengan perut yang kosong dan pulang pada petang hari dengan perut yang kenyang”.

Daripada kata-kata Rasulullah ini jelas bahawa rezeki tidak akan datang bergolek tanpa kita berusaha untuk mendapatkannya. Dan seharusnya cara untuk mendapatkannya perlu dengan cara yang benar dan halal di sisi Islam.

Seperti yang kita sedia maklum bahawa salah satu ciri 10 muwasofat memenuhi keperibadian muslim adalah mengurus dan bekerja sendiri. Imam Hasan Al-Banna ada menyebut tentang tuntutan seorang muslim bahwa setiap muslim harus mampu berusaha dan tidak perlu bercita-cita untuk bekerja kerajaan. Bahkan ia harus menyukai pekerjaan mandiri yang produktif. Kerana itu Imam Hasan Al-Banna berusaha keras mendirikan badan-badan usaha perekonomian yang berhubung dengan kegiatan jamaah untuk mengaktifkan metode Islam dalam berekonomi jauh dari riba dan transaksi haram yang lain serta mendukung harakah Islamiyah.

Justeru, bagaimana kita sebagai “khairu ummah” dan penerus sunnah Rasulullah meletakkan diri kita sebagai umatnya?
“Ketuk kepala tanyalah iman di dada!”