Saturday, February 27, 2010

Malu Itu Ada 10 Macam

Rasa malu itu ada 10 macam :

Pertama ; Rasa malu kerana berbuat salah, seperti rasa malu Nabi Adam ‘alaihissalam yang melarikan diri dari Allah SWT saat di syurga. Ketika Allah SWT bertanya , “Mengapa kamu melarikan dirimu dariKu wahai Adam?” Adam menjawab, “Tidak wahai Tuhanku, melainkan kerana rasa malu terhadap engkau”.



Kedua ; Rasa malu kerana keterbatasan diri (kelemahan dan rasa serba tidak sempurna), seperti rasa malu para malaikat yang membuatkan mereka senantiasa bertasbih kepada Allah SWT siang dan malam bahkan tanpa sesaat pun tanpa tasbih, namun demikian pada hari kiamat kelak mereka berkata, “Mahasuci Engkau ya Allah, kami belum dapat menyembahMu dengan sebenar-benar penyembahan.”



Ketiga ; Rasa malu kerana pengagungan atau dikenali juga sebagai rasa malu kerana memiliki makrifah kepada Allah (mengenal Allah lalu mengagungkanNya). Ketahuilah wahai sahabat sekalian bahawasanya sejauh mana makrifah seseorang hamba terhadap Tuhannya maka sejauh itu pula rasa malunya terhadap Allah SWT.



Keempat ; Rasa malu kerana kehalusan budi seperti rasa malu Rasulullah SAW saat mengundang orang ramai pada acara walimah Saidatuna Zainab ra.Kerana mereka tidak segera pulang, Baginda bangkit dari duduknya dan merasa malu untuk mengatakan kepada mereka, “Pulanglah kalian”.



Kelima ; Rasa malu kerana menjaga kesopanan , seperti rasa malu Ali ibn Abi Thalib ketika hendak meminta baju besi kepada Rasulullah SAW kerana dia adalah suami kepada Puteri Rasulullah SAW.
 
bersambung.....

Wednesday, February 24, 2010

Wahai Pencinta Rasul SAW....jemput hadir beramai-ramai

SAMBUTAN MAULID AR RASUL SAW 1431

bersama ;

Syeikh Aminuddin bin Abdul Rahim
(Ahli Majlis Fatwa Kedah & Pensyarah KUIN)

pada ;

14 Rabi' an Nabawi 1431 bersamaan 28 Februari 2010 (AHAD)

bermula pada jam : 7.30 malam

Bacaan Maulid & Qasidah oleh Kumpulan Qasidah Ahbaabul Mushtafa Ma'had Tahfiz Al Quran Al Imam An Nawawi (MATIN)

tempat ;

Tapak Kompleks Pendidikan MATIN, Kg Abi Padang Macang, Kangar Perlis.

Sekalian para muhibbin, sahabat seperjuangan dan muslimin muslimah dipersilakn hadir serta bantulah kami menghebahkan majlis yang penuh barakah ini. Jazakumullah.
Untuk keterangan lanjut : 013 4881509

Yang Ini Pula WAJIB...

Adapun di antara kewajiban kepada Rasulullah saw. adalah sebagai berikut:

1. Beriman kepada Rasulullah saw. "Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa': 136)

Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk." (Al-A'raf: 158)

Allah menegaskan perintah keimanan kepada Rasulullah saw. lewat dua ayat di atas. Perintah-perintah dalam Al-Quran secara umum berarti suatu kewajiban. Mustahil kita dapat mengikuti Rasulullah saw. jika tidak diawali dengan beriman kepadanya terlebih dahulu.

2. Ketaatan kepada Rasulullah saw." Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. (An-Nisa': 80)

Ketaatan kepada Nabi akan membawa kepada sikap mau mengikuti beliau (ittiba'). Tidak ada ketaatan yang mutlak, kecuali dilakukan kepada manusia yang membawa kebenaran dari Allah swt. Ketaatan kepada Rasulullah saw. pada hakikatnya merupakan ketaatan kepada Allah. Manusia wajib taat kepada Allah, kemudian Allah menegaskan bahwa ketaatan kepada Rasul adalah sebagian dari ketaatan kepada-Nya. Maka, ketaatan kepada Rasul wajib juga untuk umat Islam dan memiliki makna yang mendalam.

3. Mengikuti Rasulullah saw. (Al-Ahzab: 31) Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran: 31)

Yang kita lakukan dalam konteks beribadah, bermuamalah dan berakidah harus mengikuti Rasulullah saw., sebagaimana telah dicontohkan oleh beliau. Para ulama membuat sebuah kaidah: hal-hal yang berkaitan dengan masalah ibadah dan akidah hukum dasarnya tidak boleh, kecuali apa yang dicontohkan Rasulullah saw. dan ada dalil yang mengatakan boleh. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan muamalah (hubungan sesama umat manusia) hukum dasarnya adalah boleh, kecuali bila ada dalil yang mengatakan tidak boleh. Ittiba' ini merupakan bagian dari rasa cinta kita kepada Rasulullah saw. Mencintai Allah tak akan mungkin terjadi kecuali kita sungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw.

4. Bersholawat kepada Rasulullah saw. Bila nama beliau disebut, kita wajib menyampaikan shalawat untuknya. Hal ini salah satu syarat turunnya syafaat di hari kiamat kelak.

5. Memahami bahwa Rasulullah saw. adalah Nabi penutup." Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab: 40)

 Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, penutup para nabi. Tidak ada lagi nabi, rasul, dan wahyu setelahnya. Umat Islam tidak perlu terjebak akan adanya klaim dari manusia yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang nabi. Jikapun ada, bisa dipastikan bahwa hal itu palsu. Tidak perlu diikuti bahkan harus diingkari. Akidah tentang khatmun nubuwwah (Muhammad nabi terakhir) akan membebaskan kita dari masalah teologis. Kita tidak perlu lagi mencari ajaran-ajaran kewahyuan di luar ajaran Nabi saw.

6. Membela Rasulullah saw. Sikap cinta perlu dibuktikan dengan pembelaan kepada Rasulullah saw. Khususnya dari pihak yang ingin mendiskreditkan, memfitnah Rasulullah saw. Pembelaan kepada beliau berarti juga pembelaan kepada kebenaran dan keberlangsungan ajaran Islam. Allah selalu membela Nabi, dengan menurunkan mukzijat, memberikan kemampuan berdebat, bahkan dengan menurunkan para malaikat kepada beliau. Beberapa kewajiban kita kepada Rasulullah saw. dilakukan karena dalam diri beliau terdapat panutan (suri teladan) yang baik dengan pengharapan pertemuan dengan Allah dan keselamatan dari azab api neraka (Al-Ahzab: 21). Rasulullah saw. adalah tokoh yang layak diteladani berkaitan dengan masalah moralitas, ibadah, dakwah, pendidikan, sosial, politik, perjuangan ekonomi, rumah tangga, bahkan peperangan.

Tuesday, February 23, 2010

Ini Baru Betul !!

Oleh ; Dakwatuna Team - ana salin semula artikel yang sangat bermanafaat ini untuk panduan kita yang mencintai Rasulullah SAW - Salam Maulid Ar Rasul SAW.

Beriman kepada Rasulullah saw. merupakan salah satu konsekuensi dari pemahaman bersyahadah: wa asyhadu ana muhammada ar-rasulallah, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah. Dan, kesaksian kita itu akan jujur dan istiqamah jika diwujudkan menjadi sikap.

Ada empat sikap yang memberi alamat bahwa syahadat kita tentang Rasulullah saw. itu jujur dan istiqamah. Keempat sikap itu adalah:

1. Membenarkan dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Az-Zumar: 33) Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali Imran: 31) Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (An-Najm: 2-4)

2. Taat kepada Rasulullah saw. Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Ali Imran: 32) Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 59-60)

3. Menjauhi apapun yang dilarang dan tidak disukai Rasulullah saw. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7)

4. Tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkan oleh Rasulullah saw. Sabda Nabi: "Tidak beriman di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang kubawa" (HR Tirmidzi)

Monday, February 22, 2010

Nur an Nabawi-Malu Tidak Mendatangkan Kecuali Kebaikan

Segala puji bagi Allah Rabbul ‘Alamien, Segala puja dan puji buat Rasulullah Muhammad ibn Abdillah,ahli keluarga Baginda dan para Sahabat serta Tabi’in. Wa Ba’du ;

Menurut bahasa, hayaa’ bererti “rasa malu”. Adapun menurut istilah, al Junaid rahimahullah berkata, “Kerana melihat berbagai macam kurnia dan melihat keterbatasan diri maka di antara keduanya muncul suatu keadaan yang disebut rasa malu.” Pada hakikatnya, hayaa’ adalah akhlak yang mendorong untuk meninggalkan keburukan dan mencegah pengabaian terhadap memenuhi hak-hak Allah SWT.

Di dalam Sahih Imam al Bukhari disebutkan dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah SAW pernah melewati seseorang yang sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu, Rasulullah SAW berkata kepada orang tersebut, “Biarkan sahaja dia, kerana rasa malu itu sebahagian dari iman.”

Rasulullah SAW juga bersabda , “Rasa malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan”. (al Bukhari & Muslim)

Baginda SAW juga bersabda , “Iman itu ada tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah perkataan “Laailaha Ilallah”, dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa malu itu cabang dari iman.” ( al Bukhari & Muslim)

Sabda Baginda SAW lagi ,

“Sesungguhnya di antara perkataan Nubuwwah pertama yang diketahui manusia adalah jika engkau tidak malu maka berbuatlah sesukamu.” (al Bukhari)

Di dalam hadis Qudsi disebutkan bahawa Allah SWT berfirman, “HambaKu benar-benar tidak adil terhadapKu, dia berdoa kepadaKu dan Aku malu untuk tidak mengkabulkannya, namun ketika dia derhaka kepadaKu, dia tidak malu kepadaKu.”

Ada sepuluh macama rasa malu :

Pertama ; Rasa malu kerana berbuat salah, seperti rasa malu Nabi Adam ‘alaihissalam yang melarikan diri dari Allah saat di syurga. Ketika di Tanya oleh Allah SWT, “Kenapa kamu lari dariKu wahai Adam?” Adam lalu menjawab, “Tidak wahai Tuhanku, tapi kerana malu terhadap Engkau “ (atas kesalahan yang dilakukan).

Rasa malu inilah yang mendorong kita bertaubat dan beristighfar kepada Allah dan semakin menekuni ibadah dan taat demi meraih semula rahmat Allah SWT. Rasa malu seperti ini juga menjauhkan diri kita dari sombong dan takabbur kerana hakikatnya kita tidak sunyi dari kesalahan dan dosa. Namun sebaik-baik hamba yang berdosa adalah yang bertaubat serta mengakui kesalahan. Imam al Faqih Abi Laith as Samarqandi meriwayatkan bahawa antara sebab Iblis terlempar dari syurga adalah kerana enggan mengakui kesalahannya.

Bersambung….

Friday, February 12, 2010

Memahami Fitnah (Cabaran) Dalam Dakwah & Jamaah (2)


Oleh : Al Fadhil Ustaz Mohd Hazmi Dibok

2. Penimbul fitnah (perpecahan) dalam jamaah seringkali menggunakan alasan yang indah untuk menjustifikasi tindakan

Sikap menjustifikasikan tindakan sumbang dengan alasan yang indah (cth : kerana sayangkan jamaah) ini adalah merupakan syiar golongan kafir yang menjangkiti penimbul fitnah dalam jamaah Islam.

"Kemudian ada pemimpin yang dituduh tidak memahami permainan politik. Qiaskan apa yang berlaku sekarang dengan apa yang telah berlaku dahulu. Al-Quran telah memberi amaran kepada kita daripada terlibat dengan tuduhan-tuduhan tersebut kerana ia merupakan syiar golongan kafir. Firaun (dan menteri-menterinya) telah berkata tentang Nabi Musa a.s ;

{dan Firaun berkata ; Biarkan aku membunuh Musa dan biarlah dia memohon kepada Tuhannya kerana aku bimbang dia akan menukar agama kamu atau dia akan menimbulkan kerosakan di muka bumi} - Surah Al-Ghafir ayat 26

{Dan berkata pula ketua-ketua dari kaum Firaun ; Adakah kamu (wahai Firaun) hendak membiarkan Musa dan kaumnya untuk melakukan kerosakan di bumi (Mesir)} - Surah Al-A'raf ayat 127

Bukankah inilah perkataan yang turut digunakan oleh setiap thagut yang melakukan kerosakan di atas muka bumi dan mendakwa yang yang mereka melakukan pembaikan? Bukankah ia merupakan perkataan batil yang hodoh dan digunakan bagi berhadapan dengan kebenaran yang indah? Bukankah ia juga perkataan yang digunakan oleh si penjahat bagi membangkitkan keraguan dan syak wasangka di sisi seorang yang beriman lagi tenang? Logik yang digunakan adalah sama. Ia berulang ketika bertembung di antara kebenaran dan kebatilan, iman dan kufur, kebaikan dan keburukan di sepanjang zaman dan setiap tempat. Kisah ini sentiasa berulang dari masa ke semasa" [Fi Zilal Al-Qur'an, 5/3078]

Oleh itu para daie hendaklah sentiasa berwaspada daripada menyerupai golongan kafir, iaitu dengan mengadakan alasan ;

- bahawa fitnah yang digembar-gemburkan bertujuan untuk membaiki,

- bahawa mereka keluar dari jamaah demi melakukan pembetulan,

- bahawa bisikan yang dilakukan di kalangan mereka bertujuan untuk berbincang (wacana),

- bahawa umpatan yang dilakukan bertujuan untuk mewujudkan suasana dialog,

- bahawa percanggahan dengan pemimpin atas alasan kebenaran bukannya satu,

- bahawa ketidak tegasan (dengan Islam-pen) dengan hujjah untuk mendapatkan sokongan,

- bahawa tidak taat kepada dakwah atas alasan mempermudahkan (dinamik)

- bahawa mengkritik golongan yang membawa kebaikan dengan alasan (kebaikan) itu subjektif,

- bahawa meninggalkan dasar-dasar syarak dengan hujjah maslahah,........

Tetapi, kerosakan adalah tetap kerosakan, tidak boleh diubah oleh ibarat dan lafaz yang digunakan untuk menggambarkannya. Tetap teguh di atas manhaj adalah lebih utama daripada mendapat sokongan yang cepat. Kesatuan jamaah adalah daripada lebih utamamendapat sokongan di dalam satu-satu situasi. Kemaslahatan umum mengatasi kepentingan individu.


* Petikan dari buku Fitnah Dalam Kehidupan Pendakwah - Muhammad Ahmad Ar-Rashid m.s. 55-57

Wednesday, February 10, 2010

Memahami Cabaran Dalam Dakwah & Jamaah (1)

Oleh : Al Fadhil Ustaz Mohd Hazmi Dibok


1. Golongan yang berbisik-bisik di belakang atau tidak melalui saluran jika tidak berpuas hati dan menimbulkan klik dalam jamaah

"As-Syahid Sayyid Qutb ketika menafsirkan ayat yang membicarakan tentang berbisikan (Surah An-Nisak ayat 114-pen) berkata : Nampaknya sebahagian kaum muslimin - yang terdiri drpd mereka yang belum sensitif dengan deria tanzim Islami - ketika berlaku sesuatu perkara, mereka berkumpul sesama sendiri untuk bersembang-sembang dan berbisikan serta bermesyuarat jauh dari pantauan qiadah (pimpinan) mereka.



Kaedah ini tidak diperakui oleh tabiat perjalanan Jamaah Islam dan ruh tanzim Islami yang menuntut agar segala pandangan, pendapat dan cadangan (atau kritikan) yang timbul hendaklah dibentangkan kepada qiadah secara lansung (face to face). Perkumpulan-perkumpulan pinggiran (klik atau team) dalam jamaah adalah tidak dibenarkan.



Adalah diperhatikan bahawa perkumpulan-perkumpulan yang wujud di dalam jamaah akan menyebabkan keadaan kucar-kacir dan menyusahkan jamaah, sekali pun orang yang melakukannya tidak berniat demikian (mungkin niat kerana sayangkan jemaah). Tetapi, cara pengutaraan permasalahan semasa yang dihadapi atau pembentangan pendapat dan cadangan (atau kritikan) dengan cara demikian (tidak melalui saluran) sudah cukup untuk membawa kepada kesulitan dan ketidak patuhan." [Fi Zilal Al-Quran, 6/351]

* Petikan dari buku Fitnah Dalam Kehidupan Pendakwah - Muhammad Ahmad Ar-Rashid m.s. 33

Tuesday, February 2, 2010

Buat Adik-Adik Alumni Arau

Assalamualaikum wrt dan salam perjuangan buat adik-adik dan sahabat sekalian,

Dipilih oleh Allah SWT untuk berada di dalam saf perjuangan untuk menegakkan ajaran Islam dalam seluruh cabang kehidupan adalah satu nikmat yang besar dalam kehidupan. Adalah teramat malang apabila ianya tidak dirasakan sebagai satu nikmat dan kurnia agung dari Allah SWT buat hamba-hambaNya yang dikasihi. Ayuh kita syukuri nikmat ini dengan mempertingkatkan lagi kesungguhan dalam kerja buat bagi mengangkat kemuliaan Islam di atas muka bumi ini.

Rasanya tidak perlu lagi disebut bahawa “marratib al ‘amal” yang menduduki anak tangga teratas adalah memulai dengan diri sendiri dalam dakwah dan amal. Antara kegagalan dan penyelewengan di dalam amal dakwah adalah sibuk dengan membaiki manusia tanpa berusaha sepanjang masa mengislah diri dan wijdan (jiwa) serta menghiasi suluk dan khuluq dengan ajaran Al Quran dan As Sunnah. Ketahuilah sahabat sekalian, bahawa usaha memperbaiki dan mentarbiyah peribadi dan akhlak wajib dilakukan berterusan tanpa henti dan jemu bahkah jesegaran hati dan jiwa dalam dakwah adalah bergantung kepada sejauhmana keikhlasan dan kesungguhan kita dalam mengislah diri.

Keimanan terhadap janji dan pembalasan Allah di akhirat diibaratkan seperti vitamin yang ampuh untuk meneruskan semangat dan daya juang kita semua. Inilah keberuntungan yang besar dan nnyata buat kita semua pejuang agama. Rasulullah SAW menasihatkan kita supaya senantiasa merebutkan peluang yang ada di hadapan mata. Mensia-siakan peluang adalah satu kebodohan dan kerugian. Memanafaatkan peluang yang adalah pula adalah bukti kebijaksanaan. Antara yang ditekankan oleh Rasulullah SAW adalah memanfaatkan masa muda sebelum tua, sihat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, lapang sebelum sibuk dan hidup sebelum mati. Kehidupan yang sekali ini harus kita jadikan ianya sebagai jambatan merebut redha Ilahi kertana syurga sedang menanti kita di akhirat. Jadikan segala pengorbanan demi jamaah dan perjuangan adalah bekalan akhirat kerana akhirat itu adalah terlebih baik dan terlebih kekal abadi.

Peka dengan tindakan dan perbuatan yang boleh merosakkan amal dan perjuangan serta menghancurkan jamaah juga adalah di antara prasyarat penting untuk meraih nusrah dan pertolongan dari Allah SWT. Berwaspadalah dengan setiap susupan fikrah hitam dan gelap yang dihalakan kepada ketulenan perjalanan harakah islamiyah yang kita cintai. Selain dari memelihara keikhlasan dan kejujuran dalam kerja buat perjuangan, kita wajib memelihara adab dan akhlak dalam berjuang. Jangan sampai kita terikut-ikut acuan songsang ciptaan musuh apatah lagi menjadi alat musuh dalam menghancurkan keutuhan dan kesatuan dalam jamaah atas nama ‘demokrasi’, ‘nasihat’, ‘bebas bersuara demi kebaikan’ dan pelbagai lagi istilah manis yang mengandungi racun. Fahami dengan baik saluran yang disediakan oleh jamaah serta gunakan sebaik-baiknya. Bersabar dengan jamaah dan kepimpinannya adalah ibadah terbaik serta lebih terpelihara selagi batas-batas syariat tidak dilanggar.

Tempatkan diri kita pada posisi yang benar di dalam gerakan jamaah yang kita dokongi dan cintai ini. Berikan sumbangan walau hanya secubit garam dan sentiasa pertingkatkan taraf pengorbanan Atersebut. Yakinilah bahawa Islam akan menang. Yang penting, pastikan kita menghulurkan tangan bagi memenangkan Islam bukannya meruntuhkan apa yang telah dibina.