Friday, May 8, 2009

Tazkirah Ad Dua'ah : BEGINILAH JALAN DAKWAH MENGAJAR KITA



Mengapa Berada di Jalan Da’wah?


Pertanyaan itu selalu penting untuk kita renungi lagi. Tentu akan sangat banyak huraian alasan dari pertanyaan tersebut. Sesungguhnya, kami melangkah di jalan ini kerana jalan inilah bahagian daripada rasa syukur kami atas hidayah yang Allah berikan.


Jalan da’wah mengajarkan bahawa kami memang memerlukan da’wah. Kebersamaan kami dengan saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan bahawa kami harus hidup bersama mereka agar berhasil dalam hidup dunia dan akhirat.


'Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk Allah, maka ia akan mendapat pahala yang sama jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun oleh pahala mereka.’ [1]

Ada banyak orang-orang mulia, kaum Muslimin para pendahulu yang telah menuai pahala kerana menyebabkan kami mengenal Islam dan menghantarkan kami mengimani agama ini. Para malaikat akan terus mencatat pahala mereka hingga hari kiamat tiba. Alasan berikutnya adalah da’wah akan menjadi penghalang turunnya azab Allah SWT :

“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum Yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazabkan mereka Dengan azab Yang amat berat?" orang-orang (yang memberi nasihat) itu menjawab: "(Nasihat itu ialah) untuk melepaskan diri dari bersalah kepada Tuhan kamu, dan supaya mereka bertaqwa".

Maka ketika mereka melupakan (tidak menghiraukan) apa Yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang Yang melarang daripada perbuatan jahat itu, dan Kami timpakan orang-orang Yang zalim Dengan azab seksa Yang amat berat, disebabkan mereka berlaku fasik (derhaka).” [2]


Teman-teman Pilihan


Ar-rafiiq qabla thariiq
, memilih teman harus didahulukan sebelum memulai perjalanan. Syarat dalam perjalanan adalah Ar-rafiiq ash-shaalih (teman yang baik). Di jalan ini, secara automatik tergabung dalam kebersamaan setelah berbagai tahapan seleksi (pemilihan). Barangkali yang dominan bukanlah seleksi (pemilihan) yang kami lakukan sendiri, melainkan tabiat kehidupan dan perjalanan ini yang memilih kami dan saudara-saudara kami secara tidak langsung. Ragam ujian, cubaan, berbagai fitnah, godaan dan rayuan di perjalanan inilah yang memilih (menyaring) kami dan saudara-saudara kami.

Kami dan Amal Jama’ie


Kitab Al-Hall al-Islamy, Faridhah wa Dharurah, DR. Yusuf Al-Qaradhawi mengatakan:

"Amal jama’ie itu harus dilakukan. Kerana ia termasuk di dalam perintah yang diwajibkan dalam agama dan tuntutan realiti sekaligus. Agama memerintahkan kita untuk bersatu dan saling membantu dalam kebaikan dan ketaqwaan. Sedangkan amal jama’ie termasuk salah satu bentuk amal kebaikan dan ketaqwaan yang paling khusus, paling prinsipal dan paling penting".

Perjalanan ini mutlak memerlukan pemimpin


Di antara syarat perjalanan adalah keharusan adanya pemimpin. Konsekuensi pemahaman bahawa da’wah harus terorganisasi dan tertata. Seorang pemimpin diperlukan kerana pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan.

Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Alam ini menjadi teratur kerana Pengatur alam semesta ini adalah satu (Ihya Ulumuddin). Jika alam ini ada banyak tuhan, selain Allah, nescaya akan rosaklah.

“Kalau ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan yang lain dari Allah, nescaya rosaklah pentadbiran kedua-duanya. maka (bertauhidlah kamu kepada Allah Dengan menegaskan): Maha suci Allah, Tuhan yang mempunyai Arasy, dari apa yang mereka sifatkan.”[3]

Kami telah mempercayai pemimpin kami sebagai pemandu perjalanan kami. Maka setelah proses syuro berlangsung dan keputusan hasil syuro itulah yang kami pegang.

Jalan ini, Miniatur Perjalanan Sesungguhnya


Kami berinteraksi secara interaktif dengan sesama saudara di jalan ini. Kami menemukan banyak sekali karakter dan sifat yang mereka miliki. Interaksi ini terkadang memunculkan jarak, ketidaknyamanan, dan perbezaan pendapat. Jiwa toleran adalah salah satu pelajaran berharga yang kami petik dari jalan da’wah untuk mensikapi sifat dan karakter sesama saudara di jalan ini.


Selama tidak pada kategori yang jelas dan terang penyelewengan dari ajaran Allah dan RasulNya. Selama yang terjadi hanya perbezaan sudut pandang, perbezaan karakter dan sifat, perbezaan dalam penyampaian ungkapan dan sebagainya. Kami belajar untuk mensikapinya secara adil.

Tiga Karakter Penempuh Perjalanan


Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan bahawa di perjalanan ini setidak-tidaknya ada tiga kelompok manusia. Mereka adalah:-


• Kelompok zaalimun li nafsihi adalah orang-orang yang lalai dalam mempersiapkan bekal perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang mampu membuatnya sampai ke tujuan.
• Kelompok muqtashid adalah mereka yang mengambil bekal secukupnya sahaja untuk sampai ke tujuan perjalanan.
• Kelompok saabiqun bil khairaat yakni orang-orang yang ingin untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya.

Kami berusaha memiliki karakter kelompok dua dan tiga, tidak kelompok pertama. Kami harus memiliki perbekalan yang mencukupi hingga perjalanan ini usai. Perbekalan yang bisa membantu kami untuk tetap mampu bertahan dan melangkah melewati rintangan.
Dan sebaik-baik perbekalan adalah Taqwa. Bekal ketaqwaan erat kaitannya dengan modal ruhiyah kami di jalan ini. Dan bekal itulah kami menempuh perjalanan da’wah ini.

La tas aluunii an hayaatii, fa hiya asrarul hayah.
Jangan engkau tanya aku tentang jalan hidupku, di jalan ini terdapat banyak rahsia kehidupan.


Hiya minhatun hiya minhatun, hiya alamun min umniyat.
Ia adalah kurnia sekaligus ujian, ia adalah dunia cita-cita.


Qad bi’tuha lillahi tsumma madhoitu fii raakibil huda.
Aku telah menjual hidup ini kepada Allah, kemudian aku berlalu bersama pemburu petunjuk.


[1] HR. Muslim

[2] Surah Al A’raaf : 164 - 165

[3] Surah Al Anbiyaa’ : 22

No comments: