Khauf adalah rasa sakit serta bergetarnya hati kerana ada sesuatu yang dibenci dihadapannya. Perumpamaannya seperti jika seseorang yang akan dihukum pancung oleh raja, lalu raja itu telah memerintahkan algojonya dan algojo itu telah memegang pedangnya, maka ia telah merasa yakin akan kematiannya sebentar lagi, maka terasalah pedih hatinya saat itu dan bergetar kerana rasa takut yang sangat, dan inilah yang disebut Khauf.
Khauf ini dapat menjadi kuat dan lemah tergantung pada keyakinan seseorang pada ALLAH SWT. Dan selain Khauf yang disebabkan takut pada hukuman sebagaimana diatas, ada pula Khauf yang disebabkan oleh kerana takut akan kebesaran dan keagungan sesuatu. Jika manusia itu memahami begitu banyaknya maksiatnya yang akan dihadapkan pada ke Maha Agungan ALLAH SWT dan betapa Dia tidak memerlukan kita, maka akan timbullah rasa takut. Maka orang yang paling tinggi Khauf-nya adalah yang paling mengetahui dirinya dan penciptanya, firman ALLAH SWT :
“Sesungguhnya hanyalah yang paling takut pada ALLAH diantara hambanya adalah para ‘ulama’.” (QS. Faathir: 28)
Dampak dari Khauf yang benar adalah jika seseorang sudah benar pemahamannya, maka mulailah rasa Khauf masuk dihatinya dan berdampak pada pucatnya wajah, tangis, gemetar, dan dampaknya kemudian adalah meninggalkan maksiat, lalu komitmen dalam ketaatan, lalu bersungguh-sungguh dalam beramal.
Khauf ada yang berlebihan, moderat dan kurang. Yang berlebihan adalah yang mengakibatkan rasa putus asa dan berpaling dari taat, sementara yang kurang akan mengakibatkan tidak meninggalkan maksiat yang dilakukan. Sementara yang seimbang/moderat (I’tidaal) akan menimbulkan waspada, hati-hati (wara’), takwa, mujahadah, fikir, dzikir, kesehatan fisik dan kebersihan akal.
Khauf para salafus sholih bermacam-macam, ada yang takut meninggal sebelum bertaubat, ada yang takut dicuba dengan nikmat, ada yang takut bergeser dari istiqomah, ada yang takut su’ul khotimah, ada yang takut dahsyatnya berdiri dihadapan ALLAH SWT, ada yang takut dihijab tidak boleh melihat wajah ALLAH SWT, dan inilah takutnya para ‘aarifiin sementara yang sebelumnya adalah takutnya para zaahidiin dan ‘aabidiin.
“Dan ALLAH mempertakuti kamu dengan diri-NYA.” (QS ‘Aali Imraan 3/30)
Diantara mereka ada Abu Darda’ ra yang berkata: “Tak seorangpun yang merasa aman dari pengacauan syaitan terhadap imannya saat kematiannya.” Dan Sufyan ats-Tsauriy saat wafatnya menangis, maka berkata seseorang: “Ya Aba Abdullah! Apa anda punya banyak dosa?” Maka Sufyan mengambil segenggam tanah dan berkata: “Demi ALLAH dosaku lebih ringan dari ini, tetapi aku takut dikacaukan imanku sebelum kematianku.”
Keutamaan Khauf disebutkan dalam hadits Nabi SAW: “Berfirman ALLAH SWT: Demi Keagungan dan Kekuasaan-KU tidak mungkin berkumpul 2 rasa takut dalam diri hambaku dan tidak akan berkumpul 2 rasa aman. Jika ia merasa aman pada-KU di dunia maka akan aku buat takut ia di hari kiamat, dan jika ia takut pada-KU di dunia maka akan aman ia di akhirat.” (HR Ibnu Hibban 2494)
1. Takutnya para Malaikat : “Mereka merasa takut kepada Rabb-nya, dan mereka melakukan apa-apa yang diperintahkan ALLAH.” (QS An-Nahl 16/50).
2. Takutnya Nabi SAW. “Bahwa Nabi SAW jika melihat mendung ataupun angin maka segera berubah pucat wajahnya. Berkata A’isyah ra: “Ya Rasulullah, orang-orang jika melihat mendung dan angin bergembira kerana akan datangnya hujan, maka mengapa anda cemas?” Jawab beliau SAW: “Wahai A’isyah, saya tidak dapat lagi merasa aman dari azab, bukankah kaum sebelum kita ada yang diazab dengan angin dan awan mendung, dan ketika mereka melihatnya mereka berkata: Inilah hujan yang akan menyuburkan kita.” (HR Bukhari 6/167 dan Muslim 3/26) Dan dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi SAW jika sedang solat terdengar didadanya suara desis seperti air mendidih dalam cerek, kerana tangisnya [2].
3. Khauf-nya shahabat ra. Abubakar ra sering berkata: “Seandainya saya hanyalah buah pohon yang dimakan.” Umar ra sering berkata: “Seandainya aku tidak pernah diciptakan, seandainya ibuku tidak melahirkanku.” Abu ‘Ubaidah ibnal Jarraah ra berkata: “Seandainya aku seekor kambing yang disembelih keluargaku lalu mereka memakan habis dagingku.” Berkata Imraan bin Hushain ra: “Seandainya aku menjadi debu yang tertiup angin kencang.”
4. Khauf-nya Tabi’iin. Ali bin Husein jika berwudhu untuk solat pucat wajahnya, maka ditanyakan orang mengapa demikian? Jawabnya: “Tahukah kalian kepada siapa saya akan menghadap?” Berkata Ibrahiim bin ‘Iisa as Syukriy: “Datang padaku seorang lelaki dari
Demikianlah Khauf para Malaikat, Nabi-nabi, ulama dan auliya’, maka kita lebih pantas untuk takut dibanding mereka. Mereka takut bukan kerana dosa, melainkan kerana kesucian hati dan kesempurnaan ma’rifah, sementara kita telah dikalahkan oleh kekerasan hati dan kebodohan. Hati yang bersih akan bergetar kerana sentuhan kecil, sementara hati yang kotor tak berguna baginya nasihat dan ancaman.
Nuriidu an-naafi’ah min haadzal mau’izhoh .
REFERENS:
[1] Disarikan dari Kitab Mukhtashar Minhaajul Qaasidiin, Syaikh Ahmad bin Abdirrahman bin Qudamah al-Maqdisiy rahimahullah.
[2] HR Abu Daud 904, Turmudzi dalam Syamaa’il 305, al-Baghawiy 729, Ahmad 4/25-26.
No comments:
Post a Comment