Tuesday, September 23, 2008

Makna Muhasabah : Siri 1

Dakwatuna.Com

Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahawa beliau berkata,

'Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Tirmidzi, ia berkata, 'Hadith ini adalah hadith hasan')

Gambaran Umum Hadith di atas menggambarkan kepentingan muhasabah (evaluasi diri) dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Kerana hidup di dunia merupakan rangkaian dari sebuah planing dan misi besar seorang hamba, yaitu menggapai keredhaan Rab-nya. Dan dalam menjalankan misi tersebut, seseorang tentunya harus memiliki matlamat (ghayah), perancangan (ahdaf), strategi (takhtith), pelaksanaan (tatbiq) dan evaluasi (muhasabah).

Hal terakhir merupakan pembahasan utama yang dijelaskan oleh Rasulullah saw. dalam hadith ini. Bahkan dengan jelas, Rasulullah mengaitkan evaluasi dengan kejayaan, sedangkan kegagalan dengan mengikuti hawa nafsu dan banyak berangan-angan.Indikasi Kejayan dan Kegagalan .Hadith di atas dibuka Rasulullah dengan sabdanya,

'Orang yang pandai (sukses) adalah yang mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan setelah kematiannya.'

Ungkapan sederhana ini sungguh menggambarkan sebuah visi yang harus dimiliki seorang muslim. Sebuah visi yang membentang bahkan menembus dimensi kehidupan dunia, yaitu visi hingga kehidupan setelah kematian.Seorang muslim tidak seharusnya hanya berwawasan sempit dan terbatas, sekadar pemenuhan keinginan untuk jangka waktu sesaat. Namun lebih dari itu, seorang muslim harus memiliki visi dan planing untuk kehidupannya yang lebih kekal abadi. Kerana orang sukses adalah yang mampu mengatur keinginan singkatnya demi keinginan jangka panjangnya.

Orang bertakwa adalah yang 'rela' mengorbankan keinginan duniawinya, demi tujuan yang lebih mulia, 'kebahagian kehidupan ukhrawi.'Dalam Al-Qur'an, Allah swt. seringkali mengingatkan hamba-hamba-Nya mengenai visi besar ini, di antaranya adalah dalam QS. Al-Hasyr (59): 18–19.Muhasabah atau evaluasi atas visi inilah yang digambarkan oleh Rasulullah saw. sebagai kunci pertama dari kesuksesan. Selain itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu “action after evaluation”. Ertinya setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan. Dan hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadith di atas dengan 'dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian.' Potongan hadith yang terakhir ini diungkapkan Rasulullah saw. langsung setelah penjelasan tentang muhasabah. Kerana muhasabah juga tidak akan bererti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.

Terdapat hal menarik yang tersirat dari hadith di atas, khususnya dalam penjelasan Rasulullah saw. mengenai kesuksesan. Orang yang pandai senantiasa evaluasi terhadap amalnya, serta beramal untuk kehidupan jangka panjangnya yaitu kehidupan akhirat. Dan evaluasi tersebut dilakukan untuk kepentingan dirinya, dalam rangka peningkatan keperibadiannya sendiri.

Sementara lawannya, aitu kegagalan. Disebut oleh Rasulullah saw, dengan 'orang yang lemah', memiliki dua ciri mendasar yaitu orang yang mengikuti hawa nafsunya, membiarkan hidupnya tidak memiliki visi, tidak memiliki perancangan, tidak ada action dari planingnya, terlebih-lebih memuhasabahi perjalanan hidupnya. Sedangkan yang kedua adalah memiliki banyak angan-angan dan khayalan, 'berangan-angan terhadap Allah.' Maksudnya, adalah sebagaimana dikemukakan oleh Imam Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi, sebagai berikut: Dia (orang yang lemah), bersamaan dengan lemahnya ketaatannya kepada Allah dan selalu mengikuti hawa nafsunya, tidak pernah meminta ampunan kepada Allah, bahkan selalu berangan-angan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

No comments: